Namaku Ujang, untuk
mencukupi kebutuhan hidup yang semakin lama semakin mencekik leher
akhirnya aku memutuskan untuk mengadu nasibku, melamar pekerjaan di
sebuah perusahaan ternama yang bergerak di berbagai bidang, dari sekian
juta pelamar akhirnya aku diterima bekerja di perusahaan itu, badanku
yang kekar dengan wajah sangar tidak dapat menutupi keramahanku, aku
adalah tipe orang yang teliti, ulet, dan juga cekatan dalam bekerja,
ciehhhh, pokoknya dijamin Ujang yang paling hebat..!!
Gantengkah aku??
tergantung dari sudut mana anda memandangku,
contohnya sebagai berikut
:
Jika dilihat dari samping
??? - agak kurang jelas
Jika dilihat dari
belakang ?? - jelas ngak kelihatan
Jika dilihat dari atas
??? - Sulit diprediksi
Jika dilihat dari depan
??? - yah jangan dibandingkan dengan bintang film atuh !!!, nggak adil
bangettt !!!, nyari-in lawan itu yang seimbang, misalnya sama bokir
tentu aku rada-rada menang sedikit. bibirku yang tebal seksi,
mataku yang indah besar bagaikan sepasang combro.
“Ujanggg…..!!!” tiba-tiba
terdengar suara teriakan keras dari ruangan direktur utama, lamunanku
langsung buyar seketika kemudian dengan tergopoh-gopoh aku berlari
menghampiri ruangan mengerikan itu, sebuah ruangan paling menyeramkan
bagi para office boy, ihh, aku sampai bergidik.
“Iya…Bu…” Aku tertunduk
tidak berani menatap wajah direktur utama yang merah padam, penyihir tua
yang ditakuti oleh kawan maupun lawan, apalagi oleh para office boy. Bu
Selmy menatapku dengan matanya yang melotot, kalau saja seorang gadis
cantik yang memelototiku pasti aku langsung horny, tapi ini seekor
srigala tua yang menyeramkan dengan giginya yang runcing siap untuk
melahapku hidup-hidup, dari yang aku dengar sich Bu Selmy yang berdarah
Sunda-Belanda ini terobsesi dengan gadis-gadis keturunan Chinese, ada
yang bilang Bu Selmy seorang sex maniac, ada juga yang bilang Bu Selmy
seorang lesbi, tapi yang pasti sich staf-staf wanita di perusahaan
tempatku bekerja, bermata sipit, berwajah dan putih mulus, bodynya
dijamin bikin SERRRRR….!!!
“Kamu tuh gimana sich,
kayak baru kerja aja..!! Punya kuping itu dipakai untuk mendengar…, coba
sekarang kamu lihat, disuruh pesan jangan pake sambal eh malah
dibanyakin sambalnya, kalau BODO ITU JANGAN DIPIARA DONG…!! ”
“COBA KAMU LIAT APA YANG
KAMU PESAN…!! “
“Pakai kuping Bu ?? ” Aku
gugup hingga menceracau tidak karuan.
“PAKE
MATAAAAAA…..!!!BRAKKK!! ” Bu Selmy tambah sewot, ia membentakku sambil
menggebrak meja.
“KAMU LIAT NGAK YANG
MERAH-MERAH INI APAA-AN ???!! “
“Iy.., Iyaa Bu saya
dengar, itu samballlll….” nafasku terengah-engah kecapaian ketika
mencapai klimaks, walah !! makin ngaco…..!!
“MAKAN AJA GEDE…!!
PERCUMA SAYA NGEGAJI KAMU..!! “Bu Selmy membentakku, sampai kemaluan-ku
berkedut-kedut ketakutan..
“KELUAR….!!!! “.
Langkahku agak limbung
ketika keluar dari ruangan penyiksaan yang sudah terkenal sampai ke
seantero jagat raya ini, aku merangkak berusaha mencapai gudang, tempat
persembunyian teraman bagi para OB
“UJANG….!! “
“MAMPUSSS….!! “Aku
melompat karena kaget ketika seseorang memanggilku dari belakang, aku
menolehkan kepala ke belakang, sementara Basri temanku sesame OB,
cengar-cengir kemudian tertawa ngakak terpingkal-pingkal.
“Diapain lu sama Bu
Selmy…?? Sampe lemes begitu kaya abis muncrat HUA HA HA HA “
“Boro-boro, muncrat, yang
ada jantung gua lepas!! ” aku menggerutu panjang lebar, Basri tambah
cekakakan.
“BASRIIIIII……!!! ”
kembali terdengar teriakan keras yang melengking, wajah Basri langsung
pucat, duh Basri mirip seperti tawanan yang hendak dihukum mati, ia
melangkah lemas masuk ke ruangan XXX. Itulah sepenggalan mimpi buruk
yang menjadi kenyataan dan selalu setia menghantui kami para Office Boy
di perusahaan besar itu.
“Ujang… sini….” seorang
gadis cantik melambai-lambaikan tangannya ke arahku, beruntung banget
bagiku karena ternyata yang memanggilku kali ini adalah Nona Shasha. Bu
Selmy, sangat amat anti banget pada pria, makanya staf-staf diperusahaan
kami kebanyakan wanita. Jika ada staf pria paling staf dengan jabatan
kecil atau juga macam kami inilah.
“Iya Non… ?? ” Aku
langsung stand-by, siap untuk menanti perintah.
“Tolong kamu fotocopy-in
berkas-berkas ini, inget jangan salah lagi yach” Non Shasa tersenyum
ramah kemudian jari-jari lentiknya kembali mengetik di atas keyboard,
otak kotorku langsung bekerja, kuraih tubuhnya yang sexy dan kupeluk
dengan erat,
“OAHHH, AHHHH
AHHHHHHH….!!!”
“Ahhhh Non Shasaaaa…,
Oyeahhhhh…”
“Ujangggg, Euhhh, enakkk
amat sichhhh…….”
“Memek Non Shasha juga
enakkkk…., sempittt…..”
“Kayaknya sich bukan
punyaku yang sempit, Titit kamu yang kegedean Owwwwwwwaaahhhhh…..”
“Jrebbb…, Jrebbbbb…,
Jrebbbbbb…..”
“Owwww, Owwwww,,,, Ampun
Janggg, Akhhh….”
“Jang ?? koq malah
bengong sichh….”aku kembali tersentak tersadar dari dunia khayalku
ketika terdengar suara Nona Shasha yang menegurku, si cantik itu
menatapku dengan tatapan matanya yang menyelidik.
“Ooo, Iy.. Iyaa Nonn…..”
aku menutupi selangkanganku yang menggembung ke depan dengan setumpukan
berkas-berkas yang harus difotocopy, celana panjang ini terasa semakin
sesak ketika senjata superku meronta liar, panjang, dan keras, aku
melirik ke kiri dan ke kanan, dengan pede kutekan tombol-tombol yang
ada, kemudian Ujang yang hebat ini berteriak keras, gembira karena
“keberhasilannya…”.
“MAMANNNN, TULUNGIN
DONGGGG…..!! “
“WADUHH JANGGGG !!! Lu
apain mesin fotocopynya??” Maman bengong menatap mesin fotocopy yang
sudah meringkuk tanpa daya tidak sanggup ketika aku yang super hebat ini
menurunkan titahnya, aku hanya tersenyum pahit, kemudian memohon dengan
memelas.
“Makanya Jang, jangan
keseringan nonton film yang enggak-enggak, masa mesin fotocopy lu sodok
juga, jadi rusak-kan!!!” Maman menunjuk sesuatu diselangkanganku, ia
cengengesan menyindirku. Akhirnya dengan bantuan Maman aku berhasil juga
menyelesaikan tugas dari bidadariku yang cantik, Nona Shasa. Duhhh, si
putih yang sexy mulus pasti sudah tidak sabaran menungguku, senyum di
wajahku langsung lenyap ketika terdengar teriakan-teriakan keras Bu
Selmy di ruangan Shasha.
“Shasha, saya sudah
nunggu dari tadi, mana copyannya ?? “
“Eee, itu, ituuuu, lagi
difotocopy Buuuuu…” Shasha tertunduk tanpa berani memandang wajah Bu
Selmy.
Dengan gagah berani aku
membuka pintu dan maju ke hadapan Bu Selmy, kutampar dan kujambak
rambutnya , “DASAR PELACUR TUA, JANGAN GANGGU NON SHASHA, JIKA BERANI
HADAPI AKU…..” Ujang si pendekar sakti, mengeluarkan jurus terhebatnya,
kutampar lagi mulut Bu Selmy sampai ia terjengkang..
“UJANGGGG……,” Glekkkkk
khayalanku berlari ketakutan, lidahku mendadak kelu kemudian tubuhku
kaku menengang, tengkukku terasa dingin ketika Bu Selmy menatapku dengan
beringas.
“Kamu fotocopy di mana
??? lamanya kebangetan !!, sampe setaun..!! “
“ENGGAK BU, cuma 2 jam
Saja…..”Aku menjawab dengan polos.
“BELEGUGGG….SIAH..!!,” Bu
Selmy bertambah murka, wajahnya semakin kemerahan seperti istrinya
Rahwana, dengan kasar ia merebut setumpukan berkas yang sudah difotocopy
dari tanganku, sementara Shasha mengambil berkas asli dari tanganku.
“DASAR
GOBLOKKKK…SEMUA!!!!.BLAMMM!!!.” sambil membentak dengan keras Bu Selmy
membanting pintu. Karena terkejut tubuh Nona Shasha sampai terpelanting,
berkas-berkas document berserakan di atas lantai, dengan sigap aku
meraih pinggangnya yang ramping, mana mungkin kubiarkan Nona Shasha
terjengkang tanpa daya, kedua tanganku membelit pinggangnya yang
ramping, secara otomatis wajah kami semakin mendekat.
Suasana berubah menjadi
hening, ketika aku dan dia saling berpandangan, Ohhhh, baru kali ini
wajahku sedekat ini dengan wajahnya, wajah cantiknya tampak tegang,
entah karena baru dibentak oleh Bu Selmy atau karena wajahku semakin
mendekat ke wajahnya.
“Cuppphhh….” dengan
memberanikan diri kukecup bibirnya yang sedikit merekah, nafas Nona
Shasha sesekali tertahan ketika tanganku merayapi tubuhnya, sementara
bibirku melumat bibirnya yang seksi, kukulum-kulum dan kuemut
bibir Non Shasha
“Emmm, Mmmmmmhh,
Mmmmmhhh” dengan lincah tanganku melepaskan blazer warna hitam yang
menempel di tubuhnya yang seksi, tiba-tiba tubuhnya tersentak
ketika tanganku mulai berani melepaskan sebuah kancing baju kemeja
putihnya, ia berusaha berontak, kudesakkan tubuh mulusnya ke arah
dinding untuk meredam perlawanannya, sambil melumat-lumat bibirnya,
tanganku kembali bergerilya melepaskan kancing-kancing baju kemeja putih
Non Shasha, ia hanya mendesah panjang ketika aku melepaskan kemeja
putihnya.
“Uhhhh, Ujanggg…..” Nona
Shasha menggeliat lembut ketika aku membalikkan tubuhnya, kulepaskan
pengait branya kemudian kuloloskan bra Nona Shasha melalui kedua
tangannya, kutekan-tekan bokongnya kemudian kuremasi buah pantatnya yang
bulat padat, tidak lupa aku juga melepaskan rok mini ketat warna hitam
yang membalut pinggangnya, tiba-tiba ia membalikkan tubuhnya, kearahku..
“Wahhhhhh……..,
Heuhhhhhh……” tubuhku terluka berat ketika terserempet buah dadanya yang
membuntal padat, Wuihhhhhhhh….., Buset dah, gundukan payudara Nona
Shasha menempel di dadaku ketika ia mengalungkan kedua tangannya di
leherku. Gundukan itu terasa kenyal, hangat dan lembut ketika menggesek
tubuhku, Ohh Beibei..!! I love you Shasha…!!
“Emmmhhh, Emmmmhhh. Ckkk
Ckkk ” Bibirku kembali melumati bibirnya, aku menjulurkan lidahku untuk
bermain dirongga mulutnya, berusaha mengajak lidah Nona Shasha untuk
bermain - main dengan lidahku, semula ia hanya diam, perlahan-lahan
permainan lidahku membuatnya semakin bernafsu, sedikit demi sedikit
lidahnya semakin terjulur keluar, kuciumi lidah itu dan kuhisap-hisap.
Aku menundukkan kepalaku sedangkan Non Shasha berjingjit ketika
berciuman denganku maklumlah tubuhku tinggi seperti pemain basket,
tinggi Non Shasha hanya seulu hatiku saja. Tiba-tiba Nona Shasha
menarikku dan mendudukkanku di atas kursi sementara ia bersujud di
antara kedua kakiku, berkali-kali tangannya hendak menarik resleting
celanaku, tapi batal lagi, batal laggiiii…., akhirnya dengan terpaksa
aku membuka sendiri resleting celanaku dan mengeluarkan benda besar
panjang kehitaman
“Wowwww….????!! Ihhhh
Ujanggggg ” Non Shasha melotot menatap batang kemaluanku yang besar dan
panjang, kubimbing tangannya ke arah batang kemaluanku, jari-jari
tangannya yang lentik kini mengusapi batang kemaluanku, berkali-kali ia
bergantian memandangi wajah dan batang kemaluanku yang besar dan
panjang.
“Shasha sayangg, ….Ouchhh
” Aku terperanjat ketika tangan Nona Shasha menarik batang kemaluanku,
aku memandanginya keheranan, kusangka Non Shasha marah karena aku
memanggil namanya langsung, tanpa embel-embel, Shasha menelan ludah
beberapa kali sambil mengelus benda panjang di selangkanganku.
“kocokin dong…” Aku
menjawil dagunya, aku semakin lebar mengangkangkan kedua kakiku ketika
Nona Shasha mulai mengocok-ngocok batang kemaluanku.
“Non Shasha pernah ewean
?? ” aku bertanya padanya, aku tersenyum lebar ketika ia menggelengkan
kepalanya.
“Kamu pernah ?? “
“Hhhhhhh, Dulu waktu
kecil saya pernah diperkosa….” Aku menghela nafas panjang mengingat
masa-masa kelabuku
“Gimana rasanya ?? enakkk
?? ” Non Shasha tambah penasaran.
“Kalau yang memperkosa
saya secantik Non Shasha sich pasti enak… “dalam hati aku menangis
sesegukan ketika mengingat seorang tante bertubuh gemuk menelanjangiku
dan kemudian memperkosaku habis-habisan (kisah sedih tempoe doeloe, ehek
ehekkkk..).
“Ngomong-ngomong Non
Shasha mau merkosa saya nich ?? “
“Enak aja…!!, ya enggak
lahhh..!!, aku cuma pengen tau aja koqq…” Nona Shasha mendekatkan
kepalanya ke arah batang kemaluanku, ia segera menarik kepalanya sambil
menutup hidung dengan tangan kanannya.
“Ihhhh, koq bauuu
yachh….”
“WADUH, itu mah udah dari
sananya…,siniiii…. “tanganku menekan belakang kepala Non Shasha agar ia
terbiasa mencium wangi dan harumnya batang kemaluanku, berulang kali
aku membujuknya agar mau menjilati dan menghisapi penisku, namun dengan
tegas ia menolak keinginanku, akhirnya aku hanya pasrah membiarkan
tangannya mengelusi dan mengocok-ngocok batang kemaluanku.
“Shasha, gantian
donggg….” aku meraih tubuhnya dan mendudukkan Non Shasha di atas kursi
sedangkan aku berlutut di hadapannya, kuelus-elus bulatan payudaranya
sampai ia menggelinjang kegelian. Kuremas -remas induk payudara Non
Shasha seperti yang sering kulihat di film - film porno yang sering
kutonton, pantesan pemeran pria ketagihan megang-megang susu pemeran
wanita, ternyata rasanya aduhai banget, hangat, lembut, kenyal rada-rada
keras. Kedua tanganku membelit melingkari pinggang Non Shasha, kuciumi
bulatan buah dadanya yang semakin menggembung padat seperti dua buah
gunung yang hendak meletus.
“Ahhh, Ujangggg, kamu
belajar dari mana sichhh….”Non Shasha menggeliat kegelian ia berusaha
meronta ,aku semakin erat membelit pinggangnya yang ramping, kuciumi
induk payudara Non Shasha yang sekal, lidahku terjulur keluar seperti
lidah seekor ****** yang sedang kehausan, kujilati belahan dadanya yang
lembut halus. Ujung lidahku menari-nari memutari putting susunya,
kujepit dengan bibir atas dan bibir bawahku yang mengatup kemudian
bibirku bergerak ke kiri dan ke kanan seperti gerakan orang sedang
membilas pakaian.
“Nguhhhh, Unnnhhhh..
Akkhhh Ujanggg… geliii, aduhhh, aduhhh!” Non Shasha mendesah-desah
kegelian, kedua tangannya berusaha mendorong kepalaku.
“HHHHH..” Non Shasha
menghela nafas ketika tiba-tiba aku mencaplok puncak payudaranya,
percuma saja ketika Non Shasha berusaha menarik dadanya, karena kedua
tanganku malah mendorong punggungnya ke depan sehingga buah dadanya
semakin membusung ke depan.
“Gila kamu, Ujang
hentikan.!!, aduhh, Hssssshh Hhhhsssss…” Nona Shasha semakin sering
mendesis lirih ketika aku semakin rakus menciumi, menjilati dan
mengenyot-ngenyot payudaranya, sambil melakukan kenyotan-kenyotan kedua
tanganku bergerak cepat menarik kain segitiga itu dari selangkangan Non
Shasha, kutarik lepas kain segitiga putih itu.
“Ujanggg, Ohhh,
Ujangggg…, ” kini kedua tangan Non Shasha malah memeluk kepalaku dan
membelai-belai rambutku
Aku menatap wajahnya yang
cantik kemudian bibirku kembali mengejar bibirnya, kukecup-kecup dengan
lembut sebelum akhirnya aku menjulurkan lidahku. Lidah Non Shasha juga
terjulur keluar menyambut lidahku, akhirnya lidah kami saling mengelus,
menjilat dan mengait, ciumanku kembali turun mencumbui kedua
payudaranya, terus semakin turun, turun ke perut dan
“Ahmmmmm, Aaaa….” Non
Shasha mengatupkan mulutnya rapat-rapat, ketika aku mulai menciumi
permukaan vaginanya, kubasuh dan kumandikan rambut-rambut tipis yang
menghiasi daerah intimnya, hidungku kembang kempis ketika menghirup
aroma vaginanya yang wangi menggodaku agar segera melakukan penjelajahan
lebih lanjut.
Aku menciumi bibir
vaginanya kemudian kujilati belahannya yang mulai dibasahi cairan-cairan
kewanitaanya yang meleleh mirip seperti cairan lilin yang meleleh,
kubersihkan belahan vaginanya dari lelehan - lelehan cairan nafsunya
yang terasa gurih dimulutku.
“Ehhh, Nggakk…. Mauu,
jangan Ujangg…!! ” Non Shasha panik ketika aku menggesek-gesekkan kepala
penisku pada belahan vaginanya.
“Yaaa, terserah, silahkan
aja non Shasha teriak makin keras, paling juga kita digerebek terus
dipaksa kawin… he he he…. ” Aku mengancamnya, tapi terus terang dalam
hati aku merasa was-was kalau Non Shasha beneran teriak mampuslah
aku..!!!
“Ujanggg, jangan Ujanggg,
Aku nggak mauuu…! Tolong Ujang..!!” Nona Shasha berbisik memelas ia
memohon padaku, sementara aku semakin keras berusaha membobol vaginanya,
berkali-kali kujejal-jejalkan kepala penisku sampai akhirnya
perlahan-lahan kepala penisku mulai membelah belahan vaginanya.
“Ujang aku mohonnn,
Jangaaaahhhhhhh….!!!Ampunnn Ammmhhh, Hkkk Hkkkkk, Hkkkk ” Nona Shasha
tidak sanggup untuk meneruskan kata-katanya, matanya mendelik , kemudian
kepalanya tergolek ke samping kanan, ia terisak berusaha menahan
tangisannya..
“Krrrtt…,
Brrrttt…..Ammmfffhhh, sakit… Ohhhhh” Non Shasha berusaha keras menahan jeritannya
ketika ada sesuatu yang berderak di dalam vaginanya, rasanya enak
sekali ketika kepala penisku merobek-robek selaput kegadisannya,
kutekankan batang kemaluanku semakin dalam. Batang penisku yang besar
dan panjang mengggeliat setengah mati berusaha menjelajahi gua sempit
yang selama ini belum pernah terjamah oleh siapapun.
Kutarik kemudian
kubenamkan batang kemaluanku sekaligus, ada cairan-cairan merah
bercampur cairan kewanitaan Non Shasha, yang meleleh, ketika Aku
berkali-kali menarik dan menjebloskan batang penisku.
“Ohhhhh….” terdengar
rintihan kecil Non Shasha, tubuhnya yang seksi dan mulus
menggeliat-geliat resah ketika aku mulai mengayun-ngayunkan batang
kemaluanku menyodok- nyodok lubang vaginanya, uhh, gila sempit banget
lubang vaginanya.
Batang kemaluanku begitu
kesulitan ketika berusaha melakukan genjotan - genjotan ala Ujang yang
hebat, kucolok-colok belahan vaginanya dengan batang besar di
selangkanganku.
“Wahhh Shasha, memek lu
enak banget sich” Aku semakin ngelunjak, kugenjot-genjot lubang
vaginanya, semakin lama semakin kuat kuayunkan batang kemaluanku
menyodok-nyodok belahan vagina Non Shasha yang menggigit batang
kemaluanku.
“UJANGG…., Oww..!! Crrr
Crrrrttt…..”lubang vagina Non Shasha terasa seperti sedang mengunyah
batang kemaluanku, rasanya enak sekali ketika lubang vaginanya
berkedut-kedut mengenyot batang penisku.
“Cleppp, Cleppp, Cleppp,
Clepppp” suara-suara becek terdengar semakin nyaring ketika batang
kemaluanku menyodoki belahan vaginanya yang sudah banjir oleh cairan kenikmatannya,
kutusuk-tusuk belahan vagina Non Shasha dalam gerakan-gerakan lembut
yang teratur untuk menikmati kehangatan dan jepitan lubang
vaginanya yang peret, kubelai rambutnya dan ia menatapku dengan tatapan
matanya yang sayu.
Kupandangi buah dadanya
yang bergoyang-goyang dengan indah ketika kusodokkan batang kemaluanku,
kucubit dan kutarik-tarik putting susunya sampai ia mendesis sambil
menggeliatkan tubuhnya yang sudah basah, bercucuran air keringat..
“Ohhh, Ujanggg….!!
Enakkk…., Ujanggg…..!! ” kedua tangan Nona Shasha berpegangan pada
lengan kursi ketika aku berusaha setengah mati menggerayangi dan
meremas-remas buah dadanya sambil menyodok-nyodokkan batang kemaluanku.
Aku semakin ketagihan
untuk menggenjot-genjot vagina Non Shasha, rasanya nikmat sekali
ketika batang kemaluanku mengexplorasi lubang vaginanya yang sempit dan
seret, kubenamkan batang kemaluanku dalam-dalam sambil meremas induk
payudaranya. Ia menatapku seolah sedang memohon agar aku kembali
menggenjoti vaginanya, sementara aku malah terkagum-kagum menatap lekuk
liku tubuhnya sambil mengelusi kedua pahanya yang sedang mengangkang,
tubuhnya yang putih mulus kini terkulai pasrah dihadapanku, ia tampak
kecewa ketika aku mencabut kemaluanku, kubersihkan selangkangannya
dengan kertas tissue.
“Ahhhhhhhhhhhh…., ” Non
Shasha mendesah panjang ketika aku menjilati batang lebernya, kedua
tangannya memeluk kepalaku, harum tubuh Nona Shasha semakin membuatku
terangsang, kugeluti dan kucumbui lehernya, seperti film-film yang
sering kutonton, hanya bedanya kini akulah aktor utama yang terganteng
di dalam ruangan ini, tiba-tiba aku melirik ke kiri dan ke kanan, emang
nggak ada laki-laki lagi selain diriku ini T_T Jari tanganku mencubit
dan menjepit putting susu Non Shasha, kemudian kupelintir-pelintir
putting yang keras meruncing itu, kuusap-usap pangkal payudara Non
Shasha bagian bawah, kubelai dan kemudian kuremas-remas dengan lembut.
Nona Shasha memberikan reaksi yang membuatku semakin bersemangat untuk
mengelus-ngelus dan meremasi gundukan buah dadanya yang putih
menggembung.
“Ujangg, kamu belajar
dari mana sichhh, koq enak amattt….” Tanpa sadar Nona Shasha merintih
lirih ketika aku menjulurkan lidahku keluar dan menggergaji putting
susunya dengan lidahku, berkali-kali ujung lidahku yang lancip memutari
putting susunya, lidahku menarikan tarian birahi untuk merangsang Non
Shasha yang cantik.
“Cuppp Cuppppp, Hummmm..
Mummhhhh” kukecupi gundukan buah dada Non Shasha sebelum akhirnya
kukemut-kemut putingnya yang berwarna kemerahan, kubenamkan kepalaku
diantara kedua buah dadanya, dengan semakin rakus kujilati belahan dada
Nona Shasha, sesekali kuciumi dan kugigit-gigit kecil induk pentil
susunya yang semakin lancip.
Mataku sampai teler
ketika ia mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar, ia seperti
menantangku untuk segera menikmati belahan vaginanya, wajahnya
yang cantik tertunduk malu, ia tidak berani menatapku. Kutundukkan
kepalaku sambil menjulurkan lidah keluar. Perlahan-lahan lidahku
menggelitiki belahan bibir vaginanya, kukorek-korek lubang vaginanya
yang menebarkan aroma yang membuatku semakin gemas melumat-lumat
vaginanya, kueemut-emut bibir vaginanya, kuhisap-hisap lubang vagina Non
Shasha yang bertambah basah karena cairan nafsunya yang semakin banyak
meleleh.
“Aaaaa…, Essshhh,
Ouuhhhh… Ujangggg, Kamu nakallll Ekkhhh..”
Lidahku menggelitiki
daging kecil mungil yang biasanya disebut sebagai itil atau kelentit,
sesekali tubuh Nona Shasha tersentak ketika lidahku mengait daging itu.
Kugesek-gesek belahan
vagina Nona Shasha dengan mengunakan kepala penisku, kemudian kujejalkan
kembali batang penisku membelah belahan vagina Non Shasha, aku semakin
bernafsu, ATAS NAMA CINTA, Emmmnh salah ding.., ATAS NAMA NAFSU!!!!,
kurojok-rojokkan batang kemaluan kuat-kuat sampai Nona Shasha meringis
kewalahan menerima sodokan-sodokanku.
“Ahhhhhhhhhhh…., ” Mata
sipitnya terbelak lebar sementara mulutnya terbuka lebar seperti hendak
mengucapkan huruf “A”, berkali-kali tubuh seksinya
tersentak-sentak dengan kuat menerima jatah sodokan mautku yang
menghajar lubang vaginanya.
“Ennnhhh, Ennnhhh…,
Assshhhh,, Hssshhhhh” berkali-kali Nona Shasha mendesis pelan, kepalanya
terlempar ke kiri dan ke kanan.
Tampaknya ia semakin
kewalahan menghadapi genjotan-genjotan penisku, kuhajar belahan
vaginanya sambil menatap dalam-dalam ekspresi wajahnya, dari ekspresi
wajahnya tampaknya ia sangat menikmati sodokan-sodokan batang
penisku. Aku semakin bernafsu menghantamkan penisku, kurojok dan
kusentakkan batang kemaluanku kuat-kuat, akhirnya dalam hitungan menit
Nona Shasha kembali menggelepar tanpa daya.
“Crrrr…, Crrrrtt
Crrrrreettt….., Hssssshh, gila kamu.. Owww, pelannn Sssh”
kutarik dan kubetot
batang kemaluanku kuat-kuat, kemudian kuayun-ayunkan dengan
sentakan-sentakan kuat yang berirama, kusodok-sodok belahan vagina Non
Shasha, Clepppp.. Clppppp… Clpppppp, suara-suara aneh itu terdengar
ketika aku membenam-benamkan batang kemaluanku menyodok belahan
vaginanya.
Aku menarik nafas panjang
- panjang, kemudian kutarik tubuh Non Shasha, kini ia nungging diatas
lantai, kugesekkan kepala kemaluanku pada belahan vaginanya kemudian
kutekankan kepala penisku yang semakin terbenam di belahan vaginanya,
setelah membekap mulutnya dengan bibirku kujebloskan benda panjang di
selangkanganku menyodok vaginanya dari belakang.
“Haemmmm… !!” Non Shasha
menjerit keras dan kupompa vaginanya dengan lembut, kedua tanganku
meraih buah dadanya dari belakang, sambil menyodok-nyodok vaginanya aku
meremas-remas kedua gunung kenyalnya.
“Hhhhh Hhhhhhhhhh..
Hssshh Ujanggg Hssssss “terdengar suara Non Shasha mendesis pelan ketika
aku melepaskan kuluman bibirku , hembusan nafasnya yang harum dan
hangat menerpa wajahku, entah kenapa tiba-tiba Non Shasha tiba-tiba
terisak menangis, air matanya meleleh melalui pipinya, aku hanya
tersenyum sambil mengecup pipinya, kubelai rambutnya yang dicat pirang,
Shasha benar-benar cantik, pinggangnya ramping, perutnya rata, kuremas
pinggulnya dan kutepuk bokongnya.
Non Shasha semakin kuat
terisak ketika tubuhnya terayun-ayun, sambil mengayunkan batang
kemaluanku aku memejamkan mataku untuk lebih meresapi kenikmatan
belahan vaginanya, kuaduk-aduk belahan vaginanya kuat-kuat
“Crrrrr Crrrrr……
Crrrrrrr…… Nhhhhh” tubuh Non Shasha mengejang kemudian terkulai lemas,
ia meringis ketika aku memompa dengan semakin cepat dan dalam, menusuki
belahan sempit vaginanya dari belakang, kedua tanganku mengelus
pinggangnya yang ramping, tubuhnya yang putih dan mulus terdorong maju
mundur dengan teratur ketika aku menjejalkan benda besar di
selangkanganku menyodok-nyodok vagina Shasha yang sedang menungging,
sesekali terdengar suara isak tangisnya, si cantik Shasha menangis,
tangisannya terdengar begitu merdu karena diiringi suara
rintihan-rintihan kecil yang membuatku semakin bernafsu merojok-rojok
liang vaginanya yang peret.
“UJANGGGG……!!! ”
tiba-tiba terdengar suara jeritan keras memanggil namaku, jeritan
penyihir tua yang menakutkan, membuat konsentrasiku buyar,
pertahananku hancur berantakan.
“Huek…, ngahaaakkk
Kecrotttt… Crrrotttttt….” jeritan keras itu membuatku kehilangan
kendali, berkali-kali penisku menyemburkan lahar panas, padahal aku
masih ingin menggarap tubuh mulus nona Shasha dengan batang kemaluanku
yang besar dan panjang, Non Shasha menahan nafas ketika aku mencabut
penisku. Aku segera bangkit dan memakai kembali pakaianku, karena
kembali terdengar jeritan keras menggelegar memanggil namaku.
“UJANGGGGG……!! ” kembali
terdengar jeritan pembawa nikmat melengking tinggi
memanggil namaku, (Ujang lagi..!, Ujang Lagii…!!sabar atuhh..!! cape
nihh abis ngentot tapi EUNAKKKKK )
Sebelum keluar dari
ruangan itu aku masih sempat mengecup bibir Nona Shasha yang seksi,
ia hanya diam menatapku yang meremas payudaranya kemudian menarik gemas
putting susunya hingga ia mendesis lirih, sebelum menutup pintu ruangan
itu aku kembali mengintip kedalam, Shasha sedang memakai celana
dalamnya dengan terburu-buru, ia membalikkan tubuhnya ketika menyadari
ada sebuah kepala yang tersembul dari sela-sela pintu yang hampir
tertutup…., Kepalaku he he he…, ingatlah wajah burukku yang dipenuhi
bekas luka bopeng ini Shasha sayang, karena AKULAH PEJANTANMU…….!!
“UJANGGGGGG…..!! “
“IYA BUUUUUU…….!!”
Di sore hari aku
menggaruk-garuk kepalaku sambil membersihkan WC kantor, aku mengeluarkan
dan memegang senjataku, kukocok benda di selangkanganku hingga menegang
maksimal……… aku tersenyum mengingat kejadian tadi sore sepulang jam
kantor, langkah Non Shasha agak mengangkang, ia tertunduk malu ketika
aku menatapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar